Tidak adanya sentimen yang dapat menahan pergerakan dollar AS membuat Rupiah melemah.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi (7/12) bergerak melemah sebesar lima poin ke posisi Rp14.525 dari sebelumnya Rp14.520 per dolar AS. Hal tersebut sesuai prediksi Analis CSA Research Institute, Reza Priyambada, yang menyebut adanya potensi pelemahan Rupiah.
“Peluang pelemahan kembali terjadi jika tidak adanya sentimen yang dapat menahan penurunan, terutama dari pergerakan dollar AS yang cenderung kembali meningkat," kata Reza dalam risetnya, Jumat (7/12).
Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Kamis (6/12), mayoritas mata uang Asia kalah dengan dollar Amerika Serikat (AS). Adapun Rupiah menjadi mata uang yang paling terdepresiasi. Rupiah mengakhiri perdagangan dengan pelemahan selama 3 hari berturut-turut.
Pada pukul 16:00, US$ 1 dibanderol Rp 14.515 di pasar spot. Rupiah melemah 0,87% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Akibat terjadinya pelemahan, investor global akhirnya melepas mata uang negara-negara Asia seiring dengan potensi resesi akibat gejolak pasar obligasi AS. Pada perdagangan hari ini, yield obligasi tenor 2 (2,770%) dan 3 tahun (2,813%) masih lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun (2,753%).