Besarnya angka defisit anggaran tahun ini merupakan pertama kalinya sejak tahun 1960-an.
Gali lubang tutup lubang. Strategi itulah yang diterapkan oleh pemerintah untuk menambal belanja yang semakin menggunung akibat pandemi Covid-19.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu mengakui penyelesaian utang pemerintah tidak akan dapat dirampungkan dalam waktu satu tahun. Pasalnya, di tengah pagebluk yang berawal dari krisis kesehatan, telah berdampak luas kepada kondisi sosial dan ekonomi nasional. Akibatnya, demi menyelamatkan perekonomian masyarakat, pemerintah harus menggelontorkan berbagai stimulus.
Bantuan langsung tunai (BLT), diberikannya stimulus di bidang kesehatan, serta insentif perpajakan bagi UMKM, dunia usaha, dan korporasi telah membuat belanja pemerintah membengkak. Sementara, penerimaan negara semakin tertekan karena aktivitas ekonomi yang tersendat. Utang pemerintah pun terus bertambah, yang membuat defisit anggaran melebar hingga 6,34% atau setara Rp 1.039,2 triliun dari produk domestik bruto (PDB).
"Tentang utang, kami punya tantangan ini tidak mungkin selesai satu tahun. Budget deficit kita enggak pernah 6,34% seumur hidup saya. Terakhir kita budget deficit gede banget tahun 1960-an, saat oil crisis," katanya dalam video conference, Kamis (1/10).
Jaga disiplin fiskal