Dampak kebijakan tapering off The Fed kali ini diperkirakan tidak akan sebesar tahun 2013.
Belum usai perjuangan Indonesia keluar dari jurang resesi, ancaman lain datang dari negeri Amerika Serikat. Ekonomi negeri Paman Sam yang mulai pulih ditengarai dapat memberikan tekanan kepada nilai tukar rupiah. Belum lagi dampaknya bagi pasar saham dan obligasi hingga banyaknya modal asing yang keluar dari Tanah Air.
Namun, bukankah seharusnya pemulihan ekonomi AS justru dapat memberikan keuntungan bagi Indonesia?
Meningkatnya ekonomi AS yang lebih cepat memang akan memberikan keuntungan tersendiri, khususnya di bidang ekspor. Apalagi, Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor terbesar kedua Indonesia.
“Tapi ada juga dampak negatif yang lebih besar yang sedang membayangi kita, yaitu taper tantrum,” ungkap Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEBU UI) Teuku Riefky, saat berbincang dengan Alinea.id, Rabu (23/6).
Dia menjelaskan, taper tantrum akan terjadi ketika Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) mengurangi nilai pembelian aset negara, seperti obligasi treasury. Hal ini dilakukan dalam rangka pengetatan kebijakan moneter atau tapering off. Setelah sebelumnya The Fed memberikan banyak stimulus berupa program pelonggaran kuantitatif (Quantitative Easing/QE) untuk membantu pemulihan ekonominya.