Pembacaan kartu tarot tak hanya sebagai bentuk hiburan namun juga sebagai alat bantu konseling.
Pembatasan sosial di masa pandemi membuat tingkat stres dan kecemasan Irine (32) meningkat. Sebagai tipikal orang yang aktif berkegiatan, ia merasa begitu tertekan kala harus berdiam diri di rumah.
Berbagai masalah kehidupan, beban pekerjaan hingga kisah asmara pun, menjadi terasa semakin berat. Sementara, aktivitas jalan-jalan maupun nongkrong sambil berkeluh kesah bareng teman-temannya sulit dilakukan.
Karyawan swasta yang berdomisili di Jakarta itu pun tak tinggal diam untuk menjaga kesehatan mentalnya. Dia akhirnya menggunakan jasa psikolog profesional. Namun tak sebatas itu, Irine juga acap kali menghubungi pembaca tarot (tarot reader) baik untuk sekadar ngobrol atau mendapat masukan dari penyelesaian masalahnya.
Selama pandemi, intensitas tarot reading Irine bisa meningkat paling banyak seminggu dua kali. Baginya, tarot reading dalam kondisi tertentu, seolah sudah menjadi emergency call 911 (siaga). Terlebih, di kala psikolognya masih sulit dihubungi karena panjangnya antrean.
"Bukan untuk hal serius sih, biasanya untuk ngebaca yang butek (pikiran ruwet). Sebenarnya kita ngeh tapi kita enggak tau poinnya gimana. Mereka (tarot reader) ngebuka jalan," cerita Irine kepada Alinea.id, Kamis (15/7).