Hal itu belum ditambah dengan kekhawatiran ekonomi Jepang yang rapuh yang ditandai dengan merosotnya yen di 135..
Sejumlah saham Asia jatuh di seluruh papan pada Selasa (14/6) setelah Wall Street dalam tren bearish, sekaligus menunjukkan bahwa tolok ukur utama AS dan saham individu telah jatuh 20% atau lebih, untuk jangka waktu yang berkelanjutan.
Beberapa pasar utama yang jatuh di antaranya, Jepang, Australia, Korea Selatan dan China. Di sisi lain, penurunan berkelanjutan yen Jepang terhadap dolar berhenti.
Di tengah aksi jual, Federal Reserve AS memutuskan untuk mengendalikan inflasi. Metode utamanya adalah menaikkan suku bunga, sebuah kebijakan yang bisa memperlambat ekonomi dan berisiko mengakibatkan resesi jika digunakan terlalu agresif.
Beberapa ekonom berspekulasi The Fed pada Rabu (15/6) bakal menaikkan suku bunga utamanya sebesar tiga perempat poin persen. Itu tiga kali lipat dari jumlah biasanya dan sesuatu yang belum dilakukan The Fed sejak 1994.
“Satu hari lagi untuk mencerna data inflasi AS baru-baru ini, dan satu hari lagi menjelang pertemuan FOMC Juni, dan pasar global. Kami serta orang-orang di Asia telah menunjukkan tidak menyukai posisi ekonomi global saat ini,” kata kepala penelitian regional Asia-Pasifik di ING Robert Carnell, dalam sebuah laporan.