Kunjungan turis asing kembali meningkat di masa pascapandemi namun memberi dampak buruk bagi kehidupan di Bali.
"Di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung". Peribahasa yang dilakoni orang Indonesia ini nampaknya tak bisa dijalankan sebagian turis asing di Indonesia. Beberapa waktu terakhir, sosial media ramai oleh aksi turis asing yang bikin onar di pulau dewata, Bali.
Mulai dari mengendarai kendaraan dengan plat nomor tidak sesuai aturan, mengendarai motor tanpa menggunakan helm hingga turis asal Prancis yang membobol minimarket dan mencuri uang tunai senilai Rp35 juta di Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Bahkan ada dua pelancong asal Aljazair mencuri barang penumpang di area Terminal Kedatangan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Terbaru, bule viral di sosial media karena berkemah di kala Nyepi dan menentang pecalang. Ada pula beberapa turis yang telah tinggal terlalu lama (overstay) dan bekerja secara ilegal. Pekerjaan yang dilakukan pun beragam seperti fotografer, videografer, bisnis persewaan motor, sewa penginapan, jasa perjalanan wisata, pelatihan berselancar, menjadi guru tari, les piano, dan sebagainya.
“Saya dengar juga banyak mereka ikut berdagang, jual sayur-sayuran ke teman-temannya. Dia mengambil di pasar,” beber Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati, melansir Antara, Kamis (23/3).
Merespon banyaknya turis yang bekerja ini, pejabat yang karib disapa Cok Ace ini bilang, sampai saat ini Bali memang masih membutuhkan tenaga asing, tapi untuk pekerja profesional saja. Selain itu, turis yang dapat bekerja juga harus memenuhi syarat tertentu, salah satunya memiliki visa kunjungan, visa diplomatik, visa dinas, atau visa tinggal terbatas.