UMKM Studio Dapur dan Noesa digagas perempuan dengan semangat lokal namun mampu membawa produknya naik kelas lewat marketplace.
Tak butuh waktu lama bagi Mega Puspita (28) menggali bidang bisnis yang sesuai passion dan ilmunya semasa kuliah. Sebelum lulus dari jurusan product design, Mega terlebih dahulu nyemplung ke sebuah desa pengrajin bambu di Temanggung, Jawa Tengah untuk melaksanakan program magang.
Berawal dari situlah, Mega melihat langsung kearifan lokal desa pengrajin bambu, serta bagaimana tanaman berumpun asli Indonesia itu bisa memberikan manfaat ekonomi bagi penduduk desa. Setelah menyandang gelar sarjana, Mega langsung memutuskan untuk berbisnis produk bambu.
Jika biasanya di pasar tradisional banyak ditemui produk bambu seperti tampah, besek, dan lain-lain, Mega justru ingin menggagas agar produk bambu naik kelas. Baik dari sisi desain maupun kualitas.
Karenanya, dia membangun toko Studio Dapur dengan menggandeng para pengrajin bambu di desa Padakembang, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat. Sebagian besar penduduk desa itu berprofesi sebagai pengrajin bambu.
“Kualitas produknya sudah cukup baik dibandingkan kualitas produk bambu pada umumnya, lalu aku ajak kerja sama. Dari situ aku develop produk-produk bambu yang relevan di masa kini,” katanya dalam “Virtual Media Briefing Tokopedia: Hari Perempuan Sedunia”, Selasa (8/3).