Utang jatuh tempo Garuda Indonesia dalam satu tahun mencapai US$1,63 miliar setara Rp22,82 triliun.
Maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mengincar utang US$900 juta setara Rp12,6 triliun untuk membayar utang.
Emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersandi saham GIAA itu harus menggali lubang untuk menutup lubang lainnya. Manajemen Garuda akan meminta restu rencana aksi korporasi tersebut dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Januari 2019.
Rencana aksi korporasi itu dipublikasikan oleh perseroan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (18/12). Penerbitan surat utang itu akan digunakan untuk pembiayaan kembali (refinancing) utang jatuh tempo.
Dalam laporan keuangan Garuda Indonesia per 31 Desember 2018, utang jatuh tempo dalam satu tahun mencapai US$1,63 miliar setara Rp22,82 triliun. Sedangkan, utang jatuh tempo lebih dari setahun mencapai US$77 juta.
Manajemen Garuda memiliki tiga opsi untuk refinancing. Perseroan akan memilih salah satu atau kombinasi dari ketiga jenis rencana transaksi dengan nilai maksimum US$900 juta.