Antrean tidak terlihat di negara-negara seperti Singapura, yang mata uang dan perekonomiannya tetap stabil.
Konsumen yang cemas di Vietnam dan Thailand bergegas membeli emas. Sejumlah analis menilai fenomena ini sebagai sebuah tanda meningkatnya kekhawatiran di Asia atas devaluasi mata uang terhadap dolar AS, inflasi, dan ketidakpastian geopolitik.
Antrean pembeli yang menunggu untuk membeli logam kuning ini telah terjadi di luar bank-bank di negara-negara Asia Tenggara selama berbulan-bulan. Hal ini menggarisbawahi meningkatnya ketidakstabilan ekonomi dan geopolitik yang melanda wilayah tersebut.
“Apa yang mereka coba lakukan adalah melindungi diri mereka dari depresiasi mata uang lokal,” kata pakar pasar komoditas dan keuangan yang berbasis di Singapura, Michael Langford, disitat South China Morning Post.
Permintaan emas di Asia Tenggara telah mendorong kenaikan harga selama enam hingga 12 bulan terakhir, kata Langford, yang merupakan direktur eksekutif konsultan perusahaan Airguide International.
Harga emas telah melonjak ke level tertinggi baru tahun ini, mencapai titik tertinggi sepanjang masa sebesar US$2.450 per ounce pada bulan Mei.