Persaingan bank digital kian ketat untuk menambah nasabah dengan strategi tabur promo dan bunga tinggi.
Bank digital sejatinya sudah ada di Indonesia sejak tahun 2016. Diawali dengan adanya ‘Jenius’, produk perbankan online yang dirilis PT Bank BTPN Tbk. Namun, kala itu eksistensi bank digital masih tertutup oleh bayang-bayang bank konvensional. Barulah ketika pandemi Covid-19, terjadi akselerasi kilat penetrasi pengguna internet. Pertumbuhan bank digital pun ikut melesat.
Hal ini terlihat dari nilai transaksi internet banking yang meningkat dari Rp13.223 triliun pada 2016 menjadi Rp28.685,48 triliun pada periode Januari-September 2021. Bahkan, Bank Indonesia (BI) memperkirakan, nilai transaksi bank digital akan mencapai Rp39.130 triliun sepanjang tahun lalu.
Lonjakan kinerja perbankan digital, tidak lantas membuat para pemilik bank berpuas diri. Apalagi, dengan adanya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12 Tahun 2021 yang mensyaratkan adanya modal minimum Rp10 triliun untuk mendirikan bank baru.
Alhasil, bank-bank kecil yang baru saja bertransformasi menjadi bank digital maupun bank digital yang sudah ada sejak lama, semakin berlomba meningkat kinerja perusahaan mereka. Salah satunya ialah dengan menggaet nasabah sebanyak mungkin.
PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) contohnya, menargetkan penambahan 20 juta nasabah baru di tahun ini. Atau PT Allo Bank Indonesia Tbk yang yakin dapat menggaet 50 juta nasabah baru hingga akhir 2022 nanti.
Untuk mencapai target tersebut, bank-bank digital tak ragu untuk mengobral bunga tinggi dan menawarkan berbagai promo kepada masyarakat. BNC memberikan bunga simpanan 8% per tahun dan bunga deposito promo lewat produk Neo Wow 6,5% per tahun untuk tenor 7 hari, 7% untuk tenor 1 bulan, 7,5% untuk tenor 3 bulan, 7,7% untuk tenor 6 bulan, dan 8% untuk tenor 12 bulan kepada nasabah baru.
“Tiap hari dapat bunga 500 perak dan gratis biaya admin antar bank,” kata Roqi Muqorrobin (23), nasabah BNC yang telah mendepositkan uangnya sejak September lalu, kepada Alinea.id, Rabu (19/1).