Dengan perbaikan fundamental Indonesia, kondisi saat ini dapat menjadi momen bagi investor untuk mendiversifikasi investasinya ke RDPT.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat atau US Treasury belakangan ini melonjak naik. Hal ini menyebabkan kekhawatiran investor di pasar modal dengan menurunnya indeks-indeks saham dunia.
Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Freddy Tedja mengatakan, di tengah kenaikan imbal hasil, obligasi Indonesia pun tidak terhindar dari kenaikan. Namun, yang menarik, imbal hasil riil atau imbal hasil dikurangi dengan ekspektasi inflasi obligasi Indonesia masih menjadi salah satu yang paling tinggi di kawasan, dan sangat menarik terutama dilihat oleh investor asing di negara maju.
"Gabungan kondisi inflasi yang rendah, imbal hasil dan suku bunga riil yang menjadi salah satu tertinggi di dunia, likuiditas domestik yang melimpah, dan potensi meningkatnya arus dana asing di tengah kepemilikan yang sudah rendah menjadi faktor pendukung pasar obligasi Indonesia di tahun 2021 ini," kata Freddy, Kamis (18/3).
Dengan perbaikan fundamental Indonesia dan potensi ekonomi Indonesia yang sedang menuju ke tahap jalur pemulihan, menurut Freddy kondisi saat ini dapat menjadi momen bagi investor untuk mendiversifikasi investasinya ke reksa dana pendapatan tetap (RDPT).
Dengan isi yang berbeda-beda, lanjutnya, masing-masing RDPT memiliki kelebihan dan kekurangan, baik dari sisi risiko maupun potensi imbal hasil. Menurutnya, investorlah sendiri yang bisa memilih, mana yang paling sesuai untuk mereka.