Sejak era Belanda, Klaten khususnya Bayat menjadi objek penelitian. Bahkan Bayat disebut sudah menjadi objek penelitan sejak 1820.
Perbukitan yang berlokasi di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten diusulkan menjadi situs geoheritage oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten bersama Univeristas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Keunikan struktur geologi Perbukitan Bayat menjadi alasan dipilihnya wilayah itu.
“Saat ini proses pengusulan geoheritage masih terus berjalan. Terdapat verifikasi lokasi serta rekomendasi penambahan usulan baru untuk dijadikan geoheritage,” jelas Kepala Bidang (Kabid) Penelitian dan Pengembangan Bappeda-Litbang M. Umar Said.
Menurut Umar, Keunikan struktur geologi Bayat tersebar di berbagai lokasi. Seperti Bukit Joko Tuo, Desa Tawangrejo, batuan di Desa Gununggajah dan Gunung Temas Desa Talang, Kecamatan Bayat. Begitu juga Bukit Wungkal di Desa Sembung, Kecamatan Wedi, batu gamping di Gunung Kampak di Desa Krakitan serta Bukit Malihan Pertapaan di Desa Kebon, Kecamatan Bayat.
Sementara itu, Pakar Geologi dari UGM Didit Hadi Barianto, menjelaskan sejak era Belanda, Klaten khususnya Bayat menjadi objek penelitian. Bahkan Bayat disebut sudah menjadi objek penelitan sejak 1820. Hal itu yang membuat UGM juga mendirikan Stasiun Lapangan Geologi di Bayat sejak 1984.
"Ahli kebumian menemukan batuan bersejarah di Bayat. Ada yang umurnya 98 juta tahun yang lalu, ada yang 44 juta tahun lalu dan gunung api purba 30 juta tahun lalu. Di mata ahli geologi, Bayat itu punya batuan yang memiliki nilai sejarah dalam proses terbentuknya bumi," kata Didit.