Idlib merupakan wilayah terakhir di Suriah yang masih dikuasai pemberontak.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) pada Senin (10/9) melaporkan bahwa lebih dari 30.000 orang telah meninggalkan rumah mereka sejak tentara Damaskus dan pasukan sekutunya kembali melakukan pengeboman pekan lalu di Idlib.
OCHA memperingatkan bahwa serangan tersebut berisiko memicu bencana kemanusiaan terburuk Abad ke-21.
Menurut juru bicara OCHA David Swanson, sekitar setengah dari mereka yang mengungsi telah pindah ke tenda-tenda pengungsi, sementara yang lain pergi ke permukiman informal, tinggal dengan keluarga atau menyewa rumah.
Turki yang menampung sekitar 3,5 juta pengungsi mengatakan tidak bisa menampung lebih banyak pengungsi lainnya jika serangan terhadap Idlib terus mendorong gelombang baru pengungsi ke perbatasannya. Pada Selasa (11/9), Presiden Recep Tayyib Erdogan menyatakan bahwa serangan ke Idlib akan memicu risiko kemanusiaan dan keamanan bagi Turki, Eropa, dan sekitarnya.
Sepanjang tahun ini, militer Turki telah mendirikan 12 pos pengamatan di sekitar Idlib.