Sheikh mengatakan sebagian masyarakat Korea memandang produk halal sebagai saluran bagi Islam untuk “menyerang” masyarakat Korea.
Pada Malaysia International Halal Showcase September lalu, sebuah pemandangan tak terduga menarik perhatian banyak pengunjung. Terletak di antara stan-stan dari negara-negara mayoritas Muslim seperti Indonesia dan Kuwait, sebuah kios yang mewakili Korea Selatan yang menyukai daging babi dan peminum alkohol mengundang pengunjung untuk melihat produk-produk halal mulai dari bejana rumput laut hingga pembalut wanita.
“Pasar makanan halal adalah samudra biru dengan potensi pertumbuhan yang besar,” Lee Yong Jik, kepala divisi ekspor pangan di Kementerian Pertanian, Pangan, dan Pedesaan Korea Selatan, mengatakan kepada Al Jazeera.
Setelah menggemparkan dunia film, TV, dan musik pop, Korea Selatan kini mengarahkan perhatiannya pada industri halal global, yang memenuhi aturan pola makan dan persyaratan gaya hidup sekitar 1,8 miliar Muslim di seluruh dunia.
Halal tidak mudah dikaitkan dengan Korea Selatan yang secara tradisional homogen, di mana komunitas Muslim diperkirakan berjumlah kurang dari 200.000 orang, atau kurang dari 0,4 persen populasi.
Namun meningkatnya permintaan akan masakan dan makanan ringan Korea di Asia Tenggara, di mana budaya pop Korea memiliki basis penggemar yang setia dan terus bertambah, telah menjadikan eksportir Korea sebagai peluang yang berpotensi menguntungkan.