Tetapi Erdogan akan menghormati keputusan negara jika pemilihan putaran kedua berlangsung dalam dua minggu ke depan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang telah memerintah negaranya selama 20 tahun, terkunci dalam persaingan pemilihan yang ketat pada Senin (15/5) pagi waktu setempat.
Hasil akhirnya sendiri baru dapat diketahui beberapa hari atau setelah pemungutan suara putaran kedua berlangsung dalam dua minggu kemudian. Hal itu juga akan menentukan apakah sekutu NATO yang melintasi Eropa dan Asia tetapi berbatasan dengan Suriah dan Iran ini, tetap berada di bawah kendali Erdogan atau melanjutkan jalan yang lebih demokratis yang dijanjikan oleh Erdogan atau oleh saingan utamanya, pemimpin oposisi Kemal Kilicdaroglu.
Berbicara kepada para pendukungnya di Ankara, Erdogan, 69, mengatakan, dia masih bisa menang tetapi akan menghormati keputusan negara jika pemilihan putaran kedua berlangsung dalam dua minggu ke depan.
“Kami belum tahu apakah pemilu berakhir di putaran pertama. Jika bangsa kita telah memilih untuk putaran kedua, itu juga diterima,” kata Erdogan Senin pagi. Dia mencatat bahwa suara dari warga negara Turki yang tinggal di luar negeri masih perlu dihitung. Dia mengumpulkan 60% suara luar negeri pada 2018.
Pemilihan tahun ini sebagian besar berpusat pada isu-isu domestik seperti ekonomi, hak-hak sipil dan gempa Februari yang menewaskan lebih dari 50.000 orang. Tetapi negara-negara Barat dan investor asing juga menunggu hasilnya karena kepemimpinan ekonomi Erdogan yang tidak ortodoks dan upaya yang sering lincah telah berhasil menempatkan Turki di pusat negosiasi internasional.