Grab lebih lambat mengambil keputusan dibandingkan perusahaan teknologi lain di kawasan ini dalam memangkas pekerja.
Perusahaan transportasi online Singapura, Grab Holdings, mengatakan, telah memangkas lebih dari 1.000 pekerjaan atau 11% tenaga kerjanya, untuk memangkas biaya dan menjaga agar perusahaan tetap kompetitif. Hal itu merupakan putaran pemutusan hubungan kerja perusahaan terbesar sejak pandemi.
CEO Grab Anthony Tan mengatakan dalam sebuah surat yang dikirim kepada karyawan Selasa (20/6) malam, bahwa pemutusan hubungan kerja bukanlah "jalan pintas menuju profitabilitas" tetapi bagian dari restrukturisasi mendasar dari model operasi dan biayanya.
“Tujuan utama dari latihan ini adalah untuk mengatur ulang diri kita secara strategis, sehingga kita dapat bergerak lebih cepat, bekerja lebih cerdas, dan menyeimbangkan kembali sumber daya kita di seluruh portofolio kita sejalan dengan strategi jangka panjang kita,” kata Tan. Dia menggambarkan restrukturisasi sebagai hal “menyakitkan tetapi langkah yang diperlukan” untuk jangka panjang.
Saham Grab di NASDAQ naik lebih dari 5% dalam perdagangan premarket, tetapi turun hampir 1,5% pada tengah hari.
Perusahaan yang berbasis di Singapura ini memulai sebagai layanan pemesanan taksi di Malaysia pada 2012, sebelum kemudian berkembang menjadi layanan transportasi online, pengiriman makanan, dan layanan keuangan di delapan negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Pada 2018, Grab mengakuisisi Uber di Asia Tenggara setelah bertahun-tahun perang harga untuk mengukir pangsa pasar.