Pembuangan air limbah dimulai pada 24 Agustus dan diperkirakan terus berlanjut selama beberapa dekade.
Para ilmuwan dari badan nuklir PBB (IAEA) pada Jumat (20/10) waktu setempat, menyaksikan para pekerja laboratorium Jepang, menyiapkan sampel ikan yang dikumpulkan di pasar makanan laut dekat pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima. Hal itu dimaksudkan untuk menguji keamanan air limbah radioaktif yang telah diolah dan dilepaskan dari pembangkit listrik yang rusak ke laut.
Pembuangan air limbah dimulai pada 24 Agustus dan diperkirakan terus berlanjut selama beberapa dekade. Hal ini ditentang keras oleh kelompok nelayan dan negara-negara tetangga, termasuk China dan Rusia, yang telah melarang semua impor makanan laut Jepang.
Pemerintah Jepang dan operator pembangkit listrik, Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO’s) mengatakan, pembuangan limbah tidak dapat dihindari karena tangki penyimpanan air limbah di pembangkit tersebut akan penuh tahun depan. Mereka mengatakan, air yang dihasilkan oleh pabrik yang rusak tersebut diolah untuk mengurangi radioaktivitas ke tingkat yang aman, dan kemudian diencerkan dengan air laut dalam jumlah besar agar lebih aman dibandingkan standar internasional.
Pada Jumat, tim dari Badan Energi Atom Internasional menyaksikan sampel ikan disiapkan di Institut Penelitian Ekologi Kelautan di kota pesisir Onjuku dekat Tokyo. Tim tersebut berada di Jepang untuk memeriksa pengumpulan dan pengolahan sampel air laut, sedimen dan ikan dari area pabrik, yang rusak akibat gempa bumi besar dan tsunami pada Maret 2011 yang merusak sistem pendinginnya dan menyebabkan tiga reaktor meleleh.
Sampel yang disiapkan oleh lembaga penelitian tersebut akan dikirim untuk pengujian ke IAEA dan 10 fasilitas penelitian lainnya di Jepang, Korea Selatan, China, dan Kanada untuk memastikan transparansi dan keamanan pembuangan air.