Pemimpin Konservatif Skotlandia, Douglas Ross, mengatakan Johnson.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghadapi tuntutan mundur dari jabatannya pascapengakuan atas insiden pesta di Downing Street di masa pandemi Covid-19.
Boris Johnson sebelumnya telah mengakui dirinya ada di sana pada 20 Mei 2020 selama 25 menit pada pesta yang disangkanya adalah pertemuan pekerjaan. Sejumlah pihak menyatakan Johnson harusnya mundur dari jabatannya karena dia terbukti melanggar aturan karantina dengan mengizinkan kerumunan seratusan orang.
Dilansir CNN, Kamis (13/1) Pemimpin Oposisi sekaligus Ketua Partai Buruh, Keir Starmer, mendesak Johnson meletakkan jabatannya. Pemimpin Konservatif Skotlandia, Douglas Ross, mengatakan Johnson harus mengundurkan diri jika dia benar-benar menghadiri pertemuan di Downing Street itu.
Tuduhan peistiwa 20 Mei 2020 itu sebenarnya muncul setelah serangkaian skandal yang mempertanyakan seberapa cocok Johnson untuk jabatan perdana menteri. Skandal itu berputar pada upaya memperbaiki aturan untuk mencegah salah satu sekutu konservatifnya diskors dari parlemen, yang kemudian ditentang oleh oposisi. Perdebatan ini kabarnya juga mempengaruhi bagaimana pemerintah Inggris membuat aturan soal Covid-19.
Sebelum Natal, muncul cerita tentang banyak pesta minuman yang berlangsung di Downing Street selama berbagai tahap penguncian di Inggris. Bombardir tuduhan mempengaruhi peringkat jajak pendapat Johnson dan pada minggu ini, mayoritas warga Inggris percaya bahwa jika Johnson menghadiri pesta minuman 20 Mei maka ia harus mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri.