Kemlu AS menegaskan kembali pandangan mereka bahwa pilpres Iran tidak bebas dan tidak adil.
Iran pada Selasa (22/6) menuduh Amerika Serikat campur tangan karena mengatakan pilpresnya tidak bebas dan adil karena faksi-faksi politik saling menyalahkan atas rekor jumlah pemilih yang rendah dan jumlah surat suara yang tidak sah.
Ebrahim Raisi, hakim garis keras yang berada di bawah sanksi AS, memperoleh kemenangan dalam pilpres pada Sabtu (19/6).
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS pada Senin (21/6) mengatakan bahwa Washington menilai terpilihnya Raisi sebagai presiden baru Iran sebagai proses yang dibuat-buat.
Lebih lanjut, Kemlu AS menegaskan kembali pandangan bahwa pilpres tersebut tidak bebas dan tidak adil.
Teheran secara tegas menolak kritik dari AS.