Protes tidak kunjung berakhir, bahkan setelah Presiden Pinera minta maaf dan menjanjikan reformasi sosial dan ekonomi.
Para pengunjuk rasa dan polisi kembali bentrok di Ibu Kota Chile pada Rabu (23/10), setelah Presiden Sebastian Pinera meminta maaf dan mengumumkan reformasi sosial dan ekonomi. Jumlah korban tewas sepanjang protes yang diwarnai kekerasan menjadi 18 orang.
Kerumunan membengkak di pusat Kota Santiago pada hari keenam berturut-turut, di tengah seruan oleh organisasi serikat buruh untuk melakukan aksi mogok. Polisi merespons dengan menembakkan gas air mata, peluru karet dan meriam air ke arah pengunjuk rasa.
Pidato Pinera pada Selasa (22/10), tidak banyak membantu menenangkan protes, yang dimulai karena kenaikan tarif metro di Santiago. Belakangan, kemarahan meluas. Banyak yang frustasi atas kesenjangan ekonomi, biaya hidup dan meningkatnya utang di salah satu negara paling stabil di kawasan itu.
Ketegangan meningkat pada Rabu ketika seorang anak usia empat tahun tewas setelah seorang pengendara tidak dikenal menabrak kerumunan di Kota San Pedro de la Paz. Satu orang lainnya juga tewas dalam insiden itu.
"Orang ketiga tewas pada Rabu setelah diserang oleh polisi di Santiago," ujar Wakil Menteri Dalam Negeri Rodrigo Ubilla.