Masalah bahasa juga dilaporkan menghambat pelatihan pilot Ukraina untuk menerbangkan jet tempur F-16 rancangan AS.
Ukraina terus berkolaborasi dengan Barat, terutama NATO untuk melatih pasukannya lebih siap mengoperasikan senjata dalam pertempuran melawan Rusia. Namun, personel yang dikirim memprihatinkan. Selain soal minimnya kemampuan bahasa, ada juga lansia yang dikirim.
Salah satu tentara baru Ukraina yang dikirim Kiev ke Jerman untuk pelatihan penggunaan senjata Barat ternyata adalah pria berusia 71 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Ukraina memang kekurangan sumber daya manusia untuk dikirim berperang.
Pria lanjut usia itu mengajukan diri untuk bergabung dengan militer Ukraina. Menurut Financial Times, instruktur NATO yang bekerja di pangkalan militer dekat Klietz di timur laut Jerman mengatakan bahwa meskipun mereka terkesan dengan “motivasi luar biasa” dari para peserta pelatihan Ukraina, usia dan kemampuan mereka yang datang untuk mempelajari penggunaan senjata “sangat bervariasi.”
Para instruktur NATO mengatakan para komandan Ukraina di garis depan sering kali lebih memilih untuk tetap menjaga tentara terbaik mereka di parit bersama mereka daripada mengirim mereka untuk pelatihan di luar negeri. Alhasil, prajurit yang dikirim adalah para senior.
Nick Reynolds, peneliti perang darat di lembaga pemikir pertahanan dan keamanan Inggris, Royal United Services Institute (RUSI), mengatakan bahwa dalam banyak kesempatan pelatihan militer yang diberikan oleh Barat tidak memenuhi harapan Ukraina.