Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam penantang sayap kanannya Marine Le Pen dalam debat televisi pada Rabu (20/4).
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam penantang sayap kanannya Marine Le Pen dalam debat televisi pada Rabu (20/4) karena hubungannya dengan Rusia dan karena ingin melucuti hak perempuan muslim untuk menutupi kepala mereka di depan umum, sebagai sebuah isu untuk mencari suara yang dia butuhkan untuk menang.
Dia berpendapat, bahwa pinjaman yang diterima pihak Le Pen pada 2014 dari Bank Czech-Russian membuatnya tidak cocok untuk berurusan dengan Moskow.
Dia juga mengatakan, rencana Le Pen yang dikenal sebagai antiimigrasi untuk melarang wanita muslim di Prancis mengenakan jilbab di depan umum, akan memicu "perang saudara" di negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di Eropa Barat.
Sementara Le Pen pada gilirannya, berusaha untuk menarik pemilih yang saat ini tengah berjuang dengan lonjakan harga di tengah perang Rusia di Ukraina. Dia mengatakan, menurunkan biaya hidup akan menjadi prioritasnya jika terpilih sebagai presiden wanita pertama Prancis.
Dia mengatakan, kepresidenan Macron telah membuat negara itu sangat terpecah. Dia berulang kali merujuk pada apa yang disebut gerakan protes "rompi kuning" yang mengguncang pemerintahannya sebelum pandemi Covid-19, dengan demonstrasi kekerasan selama berbulan-bulan terhadap kebijakan ekonominya.