Perdebatan tentang vandalismenya terhadap ikon bernama Holy Matrona of Moscow memberkati Stalin, berubah menjadi buruk di Facebook.
Politik dan ideologi kerap dikawinkan dengan religiusitas yang populis. Tak lain tujuannya adalah imaje yang ingin dikonstruksi, biasanya sebagai 'kekuatan yang diberkati dari langit', atau wakil dari Tuhan, sehingga di mata rakyat, sebuah kekuasaan memiliki legitimasi untuk mengatur bahkan menghukum mereka yang dianggap tidak sejalan.
Lalu bagaimana bila ikon komunis dan diktator seperti Joseph Stalin dalam sebuah lukisan disandingkan dengan salah satu simbol orang suci di Kristen Ortodoks Balkan, St Matrona (1881/1885-1952).
Ketika Soviet komunis berkuasa, tentu tak ada yang berani mempersoalkannya. Namun, baru-baru ini sebagian sepertinya mencoba menggugatnya. Mereka merasa risih bahkan marah, melihat lukisan di dinding gereja Ortodox di Tblisi Georgia di mana St Matrona digambarkan memberkahi Stalin.
Ketika seorang bernama Nata Peradze mendengar bahwa ikon yang menampilkan Joseph Stalin dipajang di dalam katedral terbesar di Georgia, dia pun memutuskan untuk mengambil tindakan. Padahal dia bukanlah penganut Ortodox, melainkan seorang atheist. Ia hanya marah karena Stalin menurutnya adalah tokoh yang jahat, yang telah mengakibatkan banyak penderitaan di masa lalu.
“Ini adalah penderitaan saya,” kata Peradze.
“Kami tidak pernah berdiskusi tentang apa yang terjadi dan tidak ada simbol atau tugu peringatan bagi orang-orang yang mengalami neraka karena orang ini. Ada pendeta dari pihak ayah saya dan dari pihak ibu saya ada para pembangkang. Ada yang dideportasi ke Siberia dan ada pula yang hilang dan kami tidak pernah tahu apa yang terjadi pada mereka.”