Memanasnya hubungan Arab Saudi dan Amerika Serikat berawal dari rencana pembuatan regulasi tentang harga batas atas minyak OPEC+.
"Perang urat syaraf" antara Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi diprediksi bakal berdampak negatif, terutama mengerek harga minyal global. Adu kuat ini bermula dari "Negeri Paman Sam" yang berencana membuat regulasi tentang harga batas atas minyak negara-negara OPEC+.
"Harga minyak dunia bisa berpotensi naik seiring dengan kebijakan pengurangan produksi minyak dunia. Diitambah lagi dengan ancaman serius Arab Saudi yang akan 'memporakporandakan' ekonomi Amerika Serikat," ujar Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi dan Batu Bara Indonesia (Aspebindo), Anggawira.
"Ini bisa menjadi mimpi buruk bagi sektor energi, utamanya minyak," sambungnya dalam keterangannya, Selasa (13/6).
OPEC+ adalah organisasi gabungan negara penghasil minyak yang dipimpin Arab Saudi, OPEC, dan negara nonanggota tetapi memiliki produksi besar, salah satunya Rusia. Adapun rancangan undang-undang (RUU) No Oil Producing and Exporting Cartels (NOPEC) mencuat seiring adanya penolakan Arab Saudi atas permintaan AS: menaikkan produksi minyak.
Arab Saudi memutuskan memangkas produksi minyak hingga 1 juta barel/hari. Sementara itu, AS merupakan produsen sekaligus konsumen terbesar minyak mentah dunia.