May didesak mundur karena dia dianggap gagal mendapat titik temu kesepakatan yang harus dicapai dengan Uni Eropa sebelum Brexit terjadi.
Pada Kamis (17/5), Ketua Komite 1922 Graham Brady menyampaikan bahwa Perdana Menteri Inggris Theresa May akan mengundurkan diri setelah kesepakatan Brexit miliknya disetujui oleh parlemen.
Tiga tahun setelah Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa, persoalan terkait kapan, bagaimana, dan apakah Brexit akan terjadi masih belum jelas. Hal itu mendorong beberapa anggota Partai Konservatif untuk menyerukan adanya pendekatan baru bagi Brexit.
Sejumlah anggota Partai Konservatif mendesak May untuk mundur karena menganggapnya gagal mendapatkan titik temu kesepakatan yang harus dicapai dengan Uni Eropa sebelum Inggris hengkang.
May bersikeras ingin Inggris tetap memiliki hubungan dagang dengan Uni Eropa, sementara oposisi mendesak untuk benar-benar memutus hubungan dengan blok itu.
PM May telah berjanji untuk melepas jabatannya jika kesepakatan Brexit miliknya disetujui oleh parlemen. Namun, banyak anggota partainya ingin kejelasan terkait kapan dia akan mundur jika kesepakatan itu ditolak untuk keempat kalinya. Sedangkan, sejumlah anggota Partai Konservatif lainnya menuntut kepergiannya segera.