pejabat China dan media yang dikelola pemerintah telah merangkul kembalinya kelompok militan itu untuk berkuasa.
Penggambaran hangat rezim China tentang Taliban dianggap menutupi sejarah kekerasan dan penindasannya terhadap perempuan. Sikap ini mendapat reaksi keras di dalam negeri.
Ketika Taliban dengan cepat merebut kekuasaan di Afghanistan minggu lalu, pejabat China dan media yang dikelola pemerintah telah merangkul kembalinya kelompok militan itu untuk berkuasa, sambil memanfaatkan krisis untuk mengecam Amerika Serikat.
Juru bicara kementerian luar negeri China, dalam beberapa hari terakhir, telah menyebut Taliban “kehendak dan pilihan rakyat Afghanistan,” dan mengatakan rezim itu akan “lebih jernih dan rasional daripada yang berkuasa terakhir kali.”
Media pemerintah juga mendorong propaganda yang mendukung kebangkitan Taliban. Namun usahanya tidak semuanya berhasil.
People's Daily, corong resmi Partai Komunis China, pada hari Senin memposting video singkat yang menjelaskan sejarah Taliban tanpa menyebutkan hubungannya dengan terorisme. Postingan itu dihapus dalam waktu empat jam setelah diejek oleh netizen China.