Berita sang Ratu meninggal dunia pertama kali disampaikan oleh akun Twitter kerajaan dan situs web resmi keluarga kerajaan.
Dalam dua minggu belakangan ini, pemerintah Inggris sedang menghadapi transisi yang ada di tubuh pemerintahan negara tersebut.. Liz Truss baru saja terpilih sebagai Perdana Menteri terbaru menggantikan Boris Johnson yang mundur dari jabatannya. Pergantian kepemimpinan tersebut akan membuat beberapa perubahan dari struktur jabatan dan kebijakan di dalam negara ini.
Setelah negara ini menyambut Perdana Menteri baru, pada Rabu (8/9) pihak Kerajaan Buckingham mengumumkan kesehatan Ratu Elizabeth II sedang menurun pada pukul 12 siang waktu Skotlandia. Namun pada pukul 15:07 waktu London, pihak kerajaan mengkonfirmasi bahwa sang Ratu meninggal dunia pada usia 96 tahun. Kabar tersebut akan membuat Operation London Bridge, yang artinya akan mengambil alih agenda negara selama berhari – hari sebelum adanya penobatan raja baru.
Dilansir dari New York Times, “sejak ratu menjadi raja, Whitehall memulai proses perencanaan tentang apa yang akan terjadi ketika dia meninggal”, Menurut Phillip Murphy, Profesor sejarah Inggris dan persemakmuran di University of London. Di sela – sela Kesehatan Ratu sedang menurun belakangan ini, memang pihak kerajaan sudah menyiapkan persiapan jika ia suatu hari meninggal. Hal tersebut sudah dibuat dalam cerak biru, yang di mana kematian ratu akan dikomunikasikan dengan satu kode frasa “London Bridge is down”.
Berita sang Ratu meninggal dunia pertama kali disampaikan oleh akun Twitter kerajaan dan situs web resmi keluarga kerajaan. Untuk selanjutnya, Pangeran Charles otomatis menjadi Raja dan menjadi kepala negara untuk kerajaan.
Inggris pun memasuki masa berkabung yang akan berlangsung 10 hari atas kematian sang Ratu. Bendera setengah tiang di kibarkan sebagai bentuk rasa berkabung. Selain itu juga, lagu kebangsaan Inggris resmi berubah menjadi God Save the King, sebelumnya lagu kebangsaan negara tersebut berjudul God Save The Queen.