Hingga kini, Iran tak pernah mencabut fatwa eksekusi mati terhadap Salman Rushdie.
Novelis Salman Rushdie sedang diperkenalkan kepada audiens saat pria berpakaian serba hitam itu naik ke atas panggung gelaran diskusi literasi di Institute Chautauqua, New York, Amerika Serikat, Jumat (12/8) siang itu. Setengah berlari, pria itu mendekati Rushdie. Ia membawa sebilah pisau.
Horor terpentas. Tanpa basa-basi, sang pria menyergap Rushdie. Setidaknya ada enam sampai delapan tikaman. Salah satunya di leher, satu lainnya di perut. Saat pergumulan tuntas, Rushdie terkapar bersimbah darah. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat.
"Kabarnya buruk. Salman kemungkinan bakal kehilangan sebelah matanya. Urat syaraf pada tangannya putus, liver dia tertusuk dan rusak," kata Andrew Wylie, agen buku Rushdie, seperti dikutip dari Reuters.
Detail sang penyerang muncul belakangan. Namanya ternyata Hadi Matar. Ia berusia 24 tahun dan tinggal Fairview, New Jersey. Matar lahir di Negeri Paman Sam, tapi kedua orang tuanya adalah imigran dari Lebanon. Dari akun media sosialnya, Matar ditengarai pengagum Garda Revolusi Iran dan simpatisan kelompok esktremis Shiah.
Spekulasi mengenai motif mengenai penyerangan itu langsung mengerucut. Matar disebut tengah menjalankan sebuah misi khusus dari Iran. Misi itu diinstruksikan oleh pemimpin spiritual Iran Ayatullah Khomeini lewat sebuah fatwa sekitar 36 tahun yang lalu.