Pelaku penembakan di masjid di Selandia Baru memuji Trump sebagai simbol identitas kulit putih.
Tersangka yang melancarkan aksi penembakan di Christchurch, Selandia Baru, merilis sebuah manifesto yang mengutip pernyataan Donald Trump dan Anders Breivik, seorang penganut supremasi kulit putih asal Norwegia yang menjadi pelaku serangan tunggal pada 22 Juli 2011 yang menewaskan 77 orang.
Manifesto itu dirilis sebelum serangan. Dokumen setebal 74 halaman oleh Brenton Tarrant, yang telah dideskripsikan oleh PM Australia Scott Morrison sebagai "karya penuh kebencian" memuji Trump sebagai simbol identitas kulit putih yang baru dan tujuan bersama".
Pria 28 tahun itu, yang kini berada dalam tahanan polisi, juga mengklaim bahwa dia memiliki kontak singkat dengan Breivik dan telah direstui untuk melakukan pembunuhan massal di Christchurch.
Dalam manifestonya, Tarrant menyatakan keberatan terhadap imigrasi dan multikulturalisme. Dia juga mengutuk apa yang disebutnya sebagai "pembusukan" budaya kulit putih.
Empat puluh sembilan orang tewas dan 48 lainnya terluka ketika Tarrant melepas tembakan di dua masjid di Kota Christchurch. Peristiwa itu disebut sebagai penembakan massal terburuk dalam sejarah Selandia Baru.