Dalam suatu hubungan, wajib memiliki dua kunci, yaitu trust (kepercayaan) dan komunikasi.
Sejak beberapa tahun terakhir, anak muda kita memiliki istilah bucin terhadap pasangan yang sedang dicandu asmara. Tetapi pertanyaannya apakah fenomena bucin atau kepanjangan dari 'budak cinta' itu, mengarah pada hal positif atau negatif? Terkait itu, psikolog klinis Sri Juwita Kusumawardhani mempunyai jawabannya.
Sri Juwita mengatakan, hubungan yang dibangun oleh kedua sejoli haruslah sehat dan memiliki kesetaraan dari yang dicintai maupun yang mencintai.
Apalagi jika itu dirasakan oleh dewasa muda (umur 20 tahun ke atas). Sebisa mungkin membangun hubungan yang stabil, agar membawa hubungan ke arah yang lebih serius.
Adapun mengenai bucin, dia memandang, istilah ini masih dipandang negatif. Salah satunya dikarenakan salah satu dari pasangan ingin sepenuhnya dimiliki pasangannya.
"Akibatnya hak kita pun bisa diraih dan dipegang oleh pasangan. Sebenarnya banyak dewasa muda yang menjalani unhealty relationship ini, tetapi mereka takut. Takut karena ancaman, takut tidak ada yang menemaninya lagi karena ia bepikir bahwa sumber kebahagiaannya terletak pada pasangan. Ada juga kasus seperti 'kamu sebenarnya cinta enggak sama aku?' Ini juga masuk ke dalam tanda-tanda bahwa kamu dan pasanganmu bisa dikatakan bucin," papar dia.