Omicron diketahui mengalami mutasi pada protein spike (S), sehingga tak terdeteksi bila dideteksi dengan PCR.
Mutasi baru virus Covid-19 varian Omicron kini mulai terdeteksi di sejumlah negara di dunia. Para ilmuwan Afrika Selatan, tempat virus pertama kali terdeteksi menyebutkan, mutasi ini sebagai galur baru yang berpotensi membahayakan. Beberapa negara bahkan memberlakukan kembali larangan perjalanan untuk mencegah persebaran varian Omicron.
Seperti ditulis BBC, Rabu (2/12) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan belum ada informasi yang cukup untuk mengidentifikasi apakah gejala Omicron berbeda dengan varian lainnya. Sejauh ini, gejala-gejala yang paling umum adalah batuk-batuk, demam, serta hilangnya indra perasa dan penciuman.
Orang-orang di Afrika Selatan yang sudah divaksinasi penuh kemudian terinfeksi Omicron ternyata hanya menunjukkan gejala ringan. Rumah sakit kedatangan semakin banyak anak muda dengan gejala yang lebih serius, namun banyak dari mereka yang belum divaksinasi atau baru mendapatkan dosis pertama.
WHO menduga tampaknya vaksinasi lengkap dua dosis dan satu dosis booster adalah cara yang bagus untuk melindungi diri dari penyakit, yang disebabkan varian baru ini juga varian-varian yang lain.
Teknik yang saat ini digunakan untuk deteksi dini varian Omicron disebut 'S-Gene Target Failure' (SGTF). Omicron diketahui mengalami mutasi pada protein spike (S), sehingga bila dideteksi dengan PCR, ia tidak terdeteksi (failure) sementara gen lainnya positif.