"Kita harus berhati-hati dalam apa yang kita share dan cari."
Tidak sedikit warganet yang mengabaikan jejak digital (footprint), yang dapat berupa riwayat pencarian, kiriman teks/foto/video, lokasi yang dikunjungi, hingga persetujuan akses cookies dalam perangkat, saat berselancar di media digital. Padahal, jejak digital dapat memengaruhi reputasi, karier, hingga masa depan.
"Jejak digital juga punya peranan di kehidupan sekarang ini apabila kita ingin mencari pekerjaan, beasiswa, atau akan hendak berhubungan dengan institusi besar. Mereka punya opsi untuk trace jejak digital kita," ujar Ketua Relawan TIK Riau, Wahyu Ari Sandi, dalam keterangannya, Rabu (14/9).
Oleh karena itu, netizen disarankan melakukan berbagai hal dalam menjaga jejak digital. Misalnya, menulis pesan sesuai ejaan yang benar dan kalimat yang sopan, menghindari huruf kapital semua, tidak mengirim spam, menghargai karya cipta orang lain jika mengutip atau melampirkan sesuatu, menghargai privasi orang lain, serta tak memakai kata-kata jorok dan vulgar.
"Kita harus berhati-hati dalam apa yang kita share dan cari. Kita juga harus pintar dalam memilih website-website yang dikunjungi di dunia digital," imbuh Jawara Internet Sehat 2022 ini.
Di sisi lain, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), skor keahlian digital masyarakat RI masih tergolong rendah. Akibatnya, menurut Young Campaign Specialist dan Mitra Muda UNICEF Indonesia, Bayu Satria, ketersediaan infrastruktur maupun tingginya angka pengguna internet dan media sosial belum optimal.