Pandemi menyulitkan pemain China untuk mendapatkan pengalaman internasional.
Era kejayaan China di ajang Thomas Cup, harus digeser Indonesia, setelah final tadi malam. China dibekuk 0-3 oleh Anthony Sinisuka Ginting dan kawan-kawan. China pulang tanpa mahkota, namun di masa datang, pemain Negeri Tirai Bambu ini cukup percaya diri akan kembali lebih kuat ke turnamen ini.
Sejak 2004, tim China selalu merajai ajang ini. Mereka juara pada gelaran 2004, 2006, 2008, 2010, dan 2012. Hanya sempat tergeser dua kali pada 2014 dan 2016, China kembali ke singgasana Thomas Cup pada 2018.
Lu Guang Zu mengakui bahwa tim China kurang pengalaman internasional. Namun, ia yakin bahwa mereka akan tumbuh dengan cepat dan dapat berbicara lebih banyak di ajang internasional.
Lu Guang Zu dikalahkan Anthony Sinisuka Ginting dalam permainan tiga gim, 18-21, 21-14, 21-16. Sementara duet He Jing Ting /Zhou Hao Dong (peringkat 17) kandas oleh Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (peringkat 7) dengan dua set langsung, 21-12 dan 21-19. Li Shi Feng yang turun di partai ketiga, ditekuk Jonathan Christie dengan 14-21, 21-18 dan 14-21.
Kali ini China tidak menurunkan nama besar seperti Chen Long (peringkat 6) dan ganda Li Junhui/Liu Yuchen (ranking 4). Para pemain China yang tampil kali ini adalah kekuatan muda.
"Dari prespektif ranking, dan level permainan, kami belom di level itu (ideal), tapi kami coba bermain yang terbaik, dan kami akan berkembang pesat," kata Lu Guang Zu saat diwawancarai Badminton Euro usai pertandingan, Minggu (17/10).
Guang Zu menyatakan tim China harus kesulitan mengasah kemampuan dan pengalaman di era pandemi karena menurutnya China tidak banyak mengikuti turnamen internasional, dibanding negara lain.