Menilik data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dari 2015 hingga 2024 terjadi 7.916 bencana banjir.
Sabtu (11/5) malam, sejumlah wilayah di Sumatera Barat diterjang banjir bandang. Setidaknya ada lima kabupaten/kota yang terdampak, antara lain Kabupaten Agam, Tanah Datar, Padang Pariaman, Kota Padang, dan Padang Panjang. Dikutip dari Antara, hingga Kamis (15/5) jumlah korban meninggal sebanyak 61 orang. Lalu, keluarga yang terdampak mencapai ribuan orang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap, penyebab banjir bandang di Sumatera Barat adalah intensitas hujan yang sangat desar dan berdurasi panjang bercampur lahar dingin Gunung Marapi. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers virtual, seperti dikutip dari Antara, berdasarkan analisa per 8 Mei 2024 sudah ditemukan potensi hujan intensitas sedang hingga sangat deras bisa mengguyur di daerah Sumatera Barat.
“Potensi hujan yang demikian itu teramati dapat berlangsung secara lebih intensif karena ada fenomena sirkulasi sinklonik atau pembentukan awan dan belokan angin lokal,” kata dia, seperti dikutip dari Antara.
Sedangkan lahar gunung, ia menerangkan, material itu berasal dari sisa erupsi Gunung Marapi, yang masih mengendap di lereng bagian puncak. Lalu terbawa air.
Banjir bandang sangat merusak. Di daerah terdampak di Sumatera Barat, jalan-jalan berubah menjadi sungai, rumah-rumah luluh lantak, sawah tersapu, dan mobil-mobil tersapu.