Sosial dan Gaya Hidup

Dianjurkan menyusui daripada memberi bayi ASI bubuk

ASI bubuk menggunakan metode freeze-drying atau pengeringan beku ASI menjadi bentuk bubuk.

Rabu, 15 Mei 2024 06:28

Seorang ibu rumah tangga, Fiona, masih ragu dengan produk air susu ibu (ASI) bubuk. Proses kimia yang dilewati dari pembekuan ke kristalisasi atau menjadi bubuk ini yang menjadi sorotan Fiona.

“Jadinya tidak orisinal. Apalagi belum pasti dampaknya. Jadi kalau cuma ikut tren janganlah, kita biasa saja sudah bener kok,” kata Fiona kepada Alinea.id, Selasa (14/5).

ASI bubuk menggunakan metode freeze-drying atau pengeringan beku ASI menjadi bentuk bubuk. Belakangan, ASI bubuk menjadi perbincangan di media sosial. Metode yang dikenal juga sebagai teknik lyophilization ini bertujuan memperpanjang umur simpan ASI dari semula enam bulan di dalam freezer menjadi tiga tahun. Alasannya untuk menghemat ruang penyimpanan ASI dan kenyamanan ibu yang ingin terus memberikan ASI di luar masa cuti melahirkan.

Namun, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memandang, penggunaan suhu tinggi dapat menghilangkan air, bahkan berdampak pada rasa dan kualitas ASI. Padahal, beberapa komponen, seperti protein, lemak, dan karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi sangat penting bagi bayi.

Terlebih Ketua Satgas ASI IDAI, Naomi Esthernita Fauzia Dewanto mengingatkan, adanya catatan terkait radha’ah. Radha’ah adalah hubungan mahram yang diakibatkan oleh persusuan yang dilakukan seorang perempuan kepada bayi yang bukan anak kandungnya. Persoalan ini penting bagi umat muslim. Jika bubuk freeze-dryed ASI dilarutkan kembali dengan air, maka warna dan rasanya kembali menjadi susu, sehingga berlaku radha’ah bagi semua pihak terkait.

Immanuel Christian Reporter
Fandy Hutari Editor

Tag Terkait

Berita Terkait