Dimenna Luwu berhasil mengatasi kendala jarak yang memisahkan kreator dan para pemain.
Empat penari tegak bersusun menghadap ke kanan sambil menampi beras. Gerakan mereka berlangsung lamban, diiringi irama musik yang menghanyutkan suasana.
Kemudian gerak itu terhenti sesaat. Tiga baris penari dari ujung kanan dengan posisi berurutan, yang berjongkok, duduk dan tegak, ditaruhkan tempayan beras ke atas kepala mereka.
Ini mungkin menjadi adegan yang paling orisinal dan membekas di benak penonton dari ciptaan Jamal Gentayangan, sutradara seni pertunjukan bertajuk Dimenna Luwu (Kerinduan pada Tanah Luwu).
Berdurasi 60 menit, Dimenna Luwu diangkat ke pentas dalam rangkaian pertunjukan Post-Festival Institut Kesenian Jakarta di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (25/7).
Repertoar ini amat rancak dipergelarkan oleh Ikbal Lagaligo, Husni Utami, Putri Kaddiraja, dan para seniman dari Komunitas Budaya Sugi Performing Arts, Kota Palopo, Sulawesi Selatan.