Sosial dan Gaya Hidup

Fakta-fakta soal jejak karbon yang perlu diketahui

Jejak karbon merujuk pada jumlah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas apapun di bumi, seperti aktivitas manusia.

Kamis, 14 April 2022 15:18

Gaya hidup ramah lingkungan mengharuskan kita mengamini makan lebih sedikit daging dan sebisa mungkin mengeliminasi plastik. Dua upaya untuk mengurangi jejak karbon manusia. Istilah jejak karbon populer setelah pegiat lingkungan menyuarakan krisis iklim. Namun, apakah kamu memahami jejak karbon dan bagaimana hal ini dihasilkan?

Melansir CNN Internasional, jejak karbon merujuk pada jumlah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas apapun di bumi, seperti aktivitas manusia, organisasi, event, atau pembuatan produk tertentu. Gas rumah kaca merupakan gas di atmosfer yang berkontribusi terhadap pemanasan global dan krisis iklim. Jejak karbon bisa diukur untuk mengetahui dampak sebuah aktivitas terhadap lingkungan. Jejak karbon ketika menggunakan kendaraan pribadi misalnya, akan lebih besar ketimbang pemakai transportasi publik.  

Jejak karbon adalah akumulasi emisi dari semua aktivitas. Semuanya diukur dalam kadar CO2e, yang merupakan singkatan dari setara karbon dioksida dan merupakan unit standar untuk mengukur jejak karbon. Beberapa aplikasi kalkulator online yang diunduh di ponsel pintar bahkan bisa membantumu mengkalkulasi jejak karbon setiap individu setiap hari.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi jejak karbon. Gampangnya, pilihlah jenis aktivitas yang menghasilkan jejak karbon paling sedikit. Produk daging memiliki jejak karbon yang lebih besar per kalori daripada biji-bijian atau sayuran. Hal ini karena hewan seperti sapi, domba dan kambing menghasilkan banyak gas metana. Pada 2016, mereka menghasilkan 170 juta metrik ton CO2e metana, menurut lembar fakta jejak karbon yang disusun oleh Pusat Sistem Berkelanjutan di University of Michigan.

Daging bukan satu-satunya masalah, kata lembaga itu. Produk susu seperti keju dan yogurt berkontribusi hampir 19% dari gas rumah kaca, bahkan lebih buruk daripada unggas, makanan laut dan telur, yang hanya berkontribusi 14% dari gas rumah kaca. Sayuran, sementara itu, hanya berkontribusi 4,9%.

Nadia Lutfiana Mawarni Reporter
Hermansah Editor

Tag Terkait

Berita Terkait