Informasi yang terus-menerus terkait pemilu dari saluran berita, media sosial, atau blog membuat tak sedikit orang mengalami gangguan stres.
Musim pemilu dan iklim politik yang memanas, membuat banyak orang merasa cemas. Akibatnya, tak sedikit orang mengalami election stress disorder (gangguan stres saat pemilu). Istilah election stress disorder mengacu pada fenomena yang diamati psikolog dan penulis Soar Above: How to Use the Most Profound Part of Your Brain under Any Kind of Stress, Steven Stosny saat pemilu Amerika Serikat 2016.
“Fitnah dan kampanye negatif, ditambah berita 24 jam dan media sosial, menciptakan tingkat stres dan kebencian yang mengganggu hubungan banyak orang,” ujar Stosny dalam Washington Post.
“Saya menamakannya election stress disorder.”
Setelah proses pencoblosan, menurut Stosny terjadi pula post-election stress disorder (gangguan stres pasca-pemilu) dan headline stress disorder (gangguan stres besar).
“Bagi banyak orang, informasi terus-menerus dari sumber berita, blog, media sosial, dan fakta alternatif terasa seperti ledakan rudal dalam kepungan tanpa akhir,” kata Stosny.