Sosialisasi manfaat medis tetap bakal diterima, tetapi hanya kalangan tertentu dengan literasi kesehatan yang baik.
Untuk mempercepat adaptasi kebiasaan baru demi memutus mata rantai penularan Covid-19, dinilai tidak bisa hanya dengan sosialisasi manfaat medis. Sosialisasi penggunaan masker, cuci tangan, hingga jaga jarak perlu berbagai pendekatan.
“Jika hanya disosialisasikan manfaat medisnya, saya yakin tidak banyak orang yang mau. Apalagi orang Surabaya. Bonek itu tidak bisa mati. Jadi kalau diberi edukasi ancaman kesehatan, tidak akan mempan untuk kelompok tertentu,” ujar Sosiolog dari Universitas Airlangga Bagong Suyanto dalam keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (24/7).
Ia percaya sosialisasi manfaat medis tetap bakal diterima, tetapi hanya kalangan tertentu dengan literasi kesehatan yang baik. Makanya, sosialisasi berbasis gaya hidup bisa menjadi alternatif untuk masyarakat dengan subkultur yang berbeda dengan tingkat pendidikan lebih rendah.
Pendekatan berbasis gaya hidup memainkan fungsi kedua dalam produk tersebut. Pendekatan berbasis gaya hidup memungkinkan seseorang mengadopsi norma baru tanpa paksaan. Kesukarelaan seseorang mengadopsi norma baru terjadi karena melebur dengan identitas sosialnya.
“Masker yang gambarnya bonek. Masker yang menggambarkan identitas siapa pemakaiannya, lebih memudahkan agar orang mau memakai tanpa paksaan,” ucapnya.