Sosial dan Gaya Hidup

Jalan pelik Sr Laurentia SDP bersama pekerja migran

Banyaknya kasus perdagangan orang berkedok pekerja migran ilegal di NTT, membuat Sr Laurentia SDP tergerak.

Jumat, 02 Agustus 2024 16:07

Panggilan tugas sebagai pastoral antiperdagangan orang membuat Sr Laurentia SDP begitu menghayati kehidupan getir korban perdanganan manusia dari modus pekerja migran non-prosedural di desa-desa di Nusa Tenggara Timur (NTT). Biarawati itu saban hari menapaki daerah terpencil yang menjadi zona merah perdagangan orang.

Tujuannya, agar perempuan di desa tak terbuai janji manis sindikat perdagangan orang yang bisa saja dijebak orang terdekat, seperti paman atau pacar, sebagai perpanjangan tangan mereka. Rata-rata mereka membujuk perempuan dari keluarga miskin untuk bekerja di Malaysia atau Taiwan.

Nasib perempuan dan pemuda di pelosok NTT sangat rentan terperosok pada kasus perdagangan orang karena minta menjadi pekerja migran sangat tinggi. Celakanya, banyak yang menempuh jalur non-prosedural alias tidak resmi lantaran masalah administrasi dokumen yang lama dan perusahaan penyalur yang sulit diakses, bahkan tak ada.

“Kemiskinan yang sangat berat membuat mereka sangat ingin keluar (negeri). Sayangnya, proses yang mereka tempuh secara non-prosedural. Membuat mereka sangat rentan di negara penempatan,” ucap Laurentia kepada Alinea.id, belum lama ini.

Laurentia bercerita, awal mula ia bersinggungan dengan isu tindak pidana perdagangan orang (TPPO) saat mendampingi 120 anak NTT yang hendak diselundupkan ke Malaysia sebagai pekerja migran pada 2015.

Kudus Purnomo Wahidin Reporter
Fandy Hutari Editor

Tag Terkait

Berita Terkait