Latar belakang komika yang berasal dari beragam kelompok lapisan masyarakat, turut memperkuat gerakan pro-demokrasi dalam bentuk narasi komedi satire yang mudah diterima berbagai kalangan.
Tawa penonton pecah saat komika Bintang Emon berkelakar satire, menyentil ormas yang menerima izin tambang, sehingga enggan lagi kritis terhadap penguasa di panggung Kenduri Cinta bertajuk “Impersonation; Meneguhkan Kembali Nasionalisme di Kenduri Cinta”, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Jumat (9/8) malam.
Kehadiran Bintang Emon menjadi pembeda, dari beberapa nama bintang tamu yang membawa materi agak serius, seperti ahli bedah saraf Ryu Hasan dan ilmuwan diaspora sekaligus dosen termuda dari University of Nottingham Bagus Muljadi. Bintang Emon berharap, Kenduri Cinta bisa menjadi pembuka dirinya dengan dunia baru, yang bersinggungan dengan spiritualitas dan ruang penguatan masyarakat sipil.
Beberapa pekan setelah acara itu, Kamis (22/8), Bintang Emon pun muncul dalam aksi demonstrasi di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta, menentang rencana pengesahan revisi Undang-Undang (UU) Pilkada oleh DPR, yang diduga ingin menganulir putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang syarat ambang batas partai politik dan usia minimal pencalonan kepala daerah terkait pilkada.
Komika bernama asli Gusti Muhammad Abdurrahman Bintang Mahaputra itu ikut aksi massa, bersama komika lainnya, seperti Abdel Achrian, Abdur Arsyad, Mamat Alkatiri, Adjis Doaibu, Rigen Rakelna, Yudha Keling, Ebel Cobra, Yono Bakrie, dan Arie Kriting.
Kritik yang efektif dan menyebar