Dibangun pada tahun 1910-an oleh Inggris, rel ini merupakan satu-satunya penghubung darat antara dua pantai semenanjung.
Di dunia yang gaduh, pecinta kereta api Amirul Ruslan menikmati kehidupan di atas rel jalur lambat Jungle Train. Inilah kereta tidur terakhir di Malaysia, yang melaju sejauh 526 km ke arah utara dalam semalam melalui dataran tinggi semenanjung hingga perbatasan Thailand.
Romansa dan sentuhan manis muncul dalam perjalanan kereta api yang lambat, jelasnya, terutama di zaman di mana terdapat janji kecepatan tinggi untuk mengantarkan orang dan kargo dari A ke B dalam waktu singkat.
Layanan “Kereta Hutan” berangkat dari jalur Pantai Barat yang lebih sibuk di kota persimpangan kecil Gemas, 110 km tenggara Kuala Lumpur. Dengan tiket semurah 34 ringgit (Rp116 ribu), kereta ini kemudian melaju ke utara dengan kecepatan 80 km/jam menyusuri pegunungan Titiwangsa, sebelum tiba di Tumpat, Kelantan, tidak jauh dari perbatasan Malaysia-Thailand.
Didorong oleh teman-teman dekatnya yang pindah ke Kalimantan bagian Malaysia melintasi Laut Cina Selatan, dan satu lagi yang bermigrasi ke luar negeri, Amirul dan teman-temannya menghabiskan 22 jam naik-turun Kereta Hutan sebagai perjalanan perpisahan pekan lalu.
“Ada banyak orang yang bisa diajak bicara, pramugari, pekerja di gerbong makan, atau penumpang lainnya,” kata Amirul kepada This Week in Asia.