Wolbachia adalah bakteri yang sangat umum, terdapat secara alami pada 50% spesies serangga, termasuk beberapa nyamuk.
Dilaporkan dalam keterangan resminya di situs web Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (22/11), rencana penyebaran jutaan nyamuk Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia di Buleleng dan Denpasar, Bali, yang dilakukan World Mosquito Program (WMP)—organisasi milik Monash University, yang bekerja untuk melindungi masyarakat global dari penyakit yang ditularkan nyamuk, seperti demam berdarah, zika, demam kuning, dan chikungunya—Yogyakarta ditunda. Alasannya, warga khawatir terhadap dampak kesehatan yang ditimbulkan.
Padahal, menurut peneliti Pusat Pengobatan Tropis UGM dan anggota WMP, Riris Andono Ahmad—dalam keterangan itu—pelepasan jutaan nyamuk mengandung Wolbachia berpotensi menekan penularan penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Riris mengatakan, teknologi Wolbachia sudah dipelajari di Yogyakarta sejak 2011. Penelitian ini dimulai dari tahap kelayakan dan keamanan pada 2011-2012, pelepasan skala terbatas pada 2013-2015, pelepasan skala besar pada 2016-2020, dan implementasi pada 2021-2022.
World Health Organization (WHO), dalam laporan mereka menyebut, penyakit DBD telah meningkat secara signifikan di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Pada 2000, kasus yang dilaporkan WHO sebanyak 505.430 meningkat menjadi 5,2 juta pada 2019. Jumlah ini diperkirakan lebih banyak karena ada kasus yang tak dilaporkan dan banyak pula yang salah didiagnosis sebagai penyakit demam lainnya.
“Salah satu perkiraan pemodelan menunjukkan, 390 juta infeksi virus dengue per tahun dan 96 juta di antaranya bermanifestasi secara klinis,” tulis WHO.