Kejadian kekerasan fisik kepada anak-anak kerap menyisakan trauma psikis bagi korban. Bagaimana mengatasinya?
Daycare atau tempat penitipan anak Wensen School di Depok, Jawa Barat viral usai terjadi penganiayaan terhadap satu balita berusia dua tahun dan seorang bayi berusia delapan bulan beberapa waktu lalu. Buntutnya, pelaku penganiayaan yang juga ketua yayasan daycare itu, Meita Irianty ditetapkan sebagai tersangka.
Walau kasus kekerasan itu sudah terungkap pelakunya, tetapi anak-anak korban penganiayaan yang diduga dilakukan Meita—dengan cara ditendang dan dipukul berdasarkan bukti rekaman video CCTV yang tersebar—belum pulih dari trauma.
Misalnya, ibu dari balita berusia dua tahun korban kekerasan Meita, berkisah di podcast kanal YouTube Denny Sumargo bahwa anaknya sempat melakukan visum secara psikis di Rumah Sakit Polri, Jakarta. Menurutnya, anaknya kalau malam tiba sering mengigau dan menangis tanpa ada alasan yang jelas. Anaknya pun menjadi ketakutan bila berada di ruangan tertutup.
Diketahui dari rekaman video CCTV yang beredar, anaknya sempat disekap di dalam ruangan bersama bayi berusia delapan bulan, yang juga menjadi korban kekerasan. Sedangkan ayah dari bayi delapan bulan korban kekerasan itu, yang juga bercerita di siniar Denny Sumargo, mengaku anaknya sekarang menjadi takut dengan air.
Kejadian memilukan di daycare tersebut adalah salah satu contoh kekerasan terhadap anak, yang membuat trauma. Terbaru, seorang anak berusia satu tahun di Pinrang, Sulawesi Selatan menjadi korban kekerasan ayahnya sendiri, dengan cara dibanting dan digantung.