Monolog Roekiah dipentaskan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat pada Sabtu (27/1).
Di bawah lampu temaram berhadapan dengan kaca meja rias, Roekiah mengawali cerita. Ia mengisahkan perjalanan kariernya di dunia hiburan sejak berusia tujuh tahun.
Ayahnya, Moehammad Ali adalah pemain sandiwara. Sedangkan ibunya, Ningsih merupakan penyanyi di rombongan Operasi Poesi Indera Bangsawan. Namun, kedua orang tuanya tak menginginkan Roekiah kecil mengikuti jejak kesenian mereka.
Roekiah kecil sudah suka mendengarkan dan menyanyikan lagu-lagu yang dibawakan ibunya. Begitu pula pertunjukan rombongan sandiwara ayah dan ibunya ketika menggelar pementasan keliling berbagai daerah di Jawa.
“Suatu hari, aku membuat perjanjian dengan ibu. Ibu membolehkanku untuk ikut di salah satu sandiwara. Itulah panggung pertamaku,” kata Roekiah.
Setelah sempat menentang keras, akhirnya orang tuanya luluh dan menyadari tempat Roekiah memang di atas panggung. Tahun 1932, Roekiah bergabung dengan Opera Palestina di Batavia. Usai menyaksikan dunia peran lebih luas, Roekiah menyadari, ia punya impian baru: jadi aktris.