Ide cerita FTV Indosiar biasanya datang dari keseharian masyarakat. Berkisah soal moralitas, baik dan buruk.
Sudah empat bulan Nia tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia, sejak dia mendapat pekerjaan baru di sebuah perusahaan multinasional di Negeri Jiran itu. Dia selalu merindukan pulang ke Indonesia, demi bisa menonton film televisi (FTV) kesayangannya di layar televisi Indosiar.
”Filmnya renyah dan mudah dicerna. Nontonnya tidak perlu susah mikir,” kata Nia kepada saya, Rabu (19/9).
Nia merupakan satu dari sekian banyak penggemar FTV Indosiar. FTV Indosiar menayangkan tiga program, yakni Azab, Kisah Nyata, dan Pintu Berkah. Kisah-kisah yang diangkat dalam film berdurasi sekitar dua jam itu, menurut Nia, erat sekali dengan kehidupan sehari-hari.
Ketika masih bekerja di Jakarta, Nia biasa mencuri waktu istirahat untuk menonton salah satu acara unggulan Indosiar ini. Merantau ke Malaysia, sekarang Nia harus menjadi pejuang streaming di laman situs resmi Indosiar, demi menonton program televisi kesayangannya.
Selain Nia, yang berasal dari kalangan menengah ke atas, penggemar tontonan ini banyak pula dari kalangan bawah. Cobalah pergi makan di warung tegal dekat rumah. Niscaya, si ibu penjaga warteg tengah asyik menonton tayangan Azab, Kisah Nyata, atau Pintu Berkah, sembari menunggu pembeli.