Sosial dan Gaya Hidup

“Minum” buku di selatan Jakarta

Apa yang membuat Kios Ojo Keos unik? Mungkin kehangatan yang langsung menyambut saya atau buku yang membuat saya merasa pulang ke rumah.

Kamis, 30 Agustus 2018 20:33

Jakarta menjelang maghrib. Saya baru saja memarkirkan kendaraan di kawasan Bona Plaza, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (22/8). Pandangan saya membentur sebuah papan biru berukuran sekira dua meter di atas pintu ruko. Tulisan papan berbunyi “PUSAD”, Pusat Studi Agama dan Demokrasi. Sempat tak yakin, apa betul ini café baru yang digagas Efek Rumah Kaca (ERK), sesuai rekomendasi kawan saya.

Ah persetan, saya nekat masuk. Begitu membuka pintu, kehangatan langsung menyambut saya. Tawa berderai dari sekelompok orang yang duduk melingkar, kian menyemarakkan ruangan berkapasitas 50 pengunjung tersebut. Sebuah piano hitam diletakkan di sisi kanan ruangan, dengan dua figura foto band ERK mejeng di atasnya. Sementara di sisi kiri bawah tangga, sebuah meja kecil berisi coffe grinder tertata rapi. Di sampingnya, lukisan ibu petani Kendheng tergantung di dinding bercat polos ini.

“Lagi ada diskusi rutin, Mbak,” tutur seorang pengunjung di sisi saya. Si James F. Sundah, pencipta lagu “Lilin-lilin Kecil” yang kerap dilantunkan mendiang Chrisye, memang tampak asyik berbicara sore itu. Di sampingnya pentolan ERK, Cholil yang belakangan tinggal di Amerika Serikat (AS) bersama istri dan putranya, turut dalam diskusi. Isi diskusinya menarik, membahas tentang karya emas Bung Sundah, bonus pandangan ia soal blantika musik di era digital kini.

“Memang sudah lumayan sering kami menggelar acara diskusi di sini,” tutur salah satu relawan Kios Ojo Keos Muhammad Asranur, yang sore itu berbaik hati bercerita pada Alinea. Menurut fotografer yang karyanya malang melintang di Rolling Stone Indonesia, Guardian, dan Jakarta Post ini, sejak dibuka resmi pada 1 Mei 2018--bertepatan dengan Hari Buruh--Ojo Keos telah menghelat sejumlah diskusi.

Misalnya, diskusi soal identitas kultural penikmat musik heavy metal era 1980-an bareng Yuka Narendra dan Gita Laksmini. Lalu diskusi ikhwal pekerja kreatif, bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera, diskusi “Buku dan Aktivisme” dengan Innosanto Nagara dan Hikmat Darmawan. Belum termasuk showcase mengenang Ari Malibu hingga peluncuran OST Mata Najwa “Seperti Rahim Ibu” Mei silam.

Purnama Ayu Rizky Reporter
Purnama Ayu Rizky Editor

Tag Terkait

Berita Terkait