Sosial dan Gaya Hidup

Nihil keadilan bagi buruh perempuan di perkebunan sawit

Buruh perempuan di perkebunan sawit banyak mengalami ketidakadilan dalam pemenuhan hak.

Senin, 11 November 2024 16:04

Beban kerja yang punya risiko berlapis membuat buruh perempuan dalam posisi tertindas dan tidak sejahtera. Belum lagi upah yang jomplang dari buruh laki-laki dan ketiadaan cuti haid serta hamil, membuat pekerja perempuan dalam posisi sulit.

Misalnya, menurut catatan Federasi Serikat Buruh Kebun Sawit (FSBKS) Kalimantan Barat, banyak buruh perempuan di perkebunan sawit yang tidak punya status jelas dalam konteks ketenagakerjaan. Hal itu membuat mereka tak mendapat haknya sebagai pekerja.

Dari pendataan FSBKS Kalimantan Barat, banyak buruh perempuan yang punya beban kerja fisik berat. Contohnya, dalam proses pemupukan, beberapa perempuan mesti mengangkut pupuk dari gudang ke truk. Proses itu berlanjut hingga pengeceran pupuk di lapangan.

“Target kerja berkisar 600 kilogram-700 kilogram per orang. Jika target itu belum selesai hari ini karena cuaca misalnya, diselesaikan keesokan hari dengan ditambah target kerja harian 600 kilogram lagi,” kata Ketua FSBKS Kalimantan Barat, Yublina Oematan, seperti dikutip dari Kompas, Kamis (8/11).

Sedangkan dari sisi fasilitas kerja, FSBKS Kalimantan Barat mencatat, sejumlah perempuan buruh tak dapat alat pelindung diri (APD). Jika ada, APD yang diberikan pun tak sesuai dengan lingkungan kerja, sehingga membuat mereka kepanasan. Kondisi tersebut membuat mereka rentan terpapar bahan kimia pupuk kala bekerja.

Kudus Purnomo Wahidin Reporter
Fandy Hutari Editor

Tag Terkait

Berita Terkait