Sosial dan Gaya Hidup

Parenting snowplow: Pola asuh yang membunuh kedewasaan anak

Over parenting berakibat buruk pada perkembangan anak, terutama saat dewasa.

Kamis, 19 Desember 2024 06:12

Polisi sudah menetapkan Fadillah alias Datuk sebagai tersangka penganiayaan terhadap seorang dokter koas yang menjadi ketua kelompok program koas dari Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri) bernama Lutfhi Hadhyan pada Sabtu (14/12). Penganiayaan itu terjadi di sebuah restoran di Kota Palembang, Sumatera Selatan pada Selasa (10/12). Video penganiayaan sempat viral di media sosial.

Sebelum terjadi pemukulan, korban menjadwalkan rekannya yang juga koas bernisial LAP untuk berjaga di rumah sakit pada malam tahun baru. Dia tidak terima. Lantas mengadu kepada ibunya berinisial SM.

SM kemudian mengajak Luthfi dan dua koas lainnya bertemu di sebuah restoran untuk membahas jadwal jaga. Dia bersama sopirnya, yakni Fadillah alias Datuk. Setelah cekcok mulut, akhirnya terjadilah pemukulan oleh Fadillah terhadap Luthfi. Polisi menjelaskan, motif pemukulan tersebut didasarkan pada kekesalan pelaku karena nada bicara korban dinilai korang sopan terhadap SM.

Terlepas pemukulan itu, warganet menyoroti keterlibatan SM yang terlalu jauh terhadap anaknya, LAP, perkara jadwal jaga. Sikap itu mendekati ciri-ciri parenting snowplow atau pengasuhan gaya pendorong salju.

Parenting snowplow disebut juga lawnmower parenting (pengasuhan pemotong rumput) atau bulldozer parenting (pengasuhan buldoser). Menurut psikolog klinis dan Direktur Newport Healthcare Center for Research and Innovation, Michael Roeske, dikutip dari Verywell Mind, parenting snowplow berusaha menghilangkan semua rintangan dari kehidupan anak agar mereka tidak mengalami kesedihan, rasa sakit, kegagalan, atau ketidaknyamanan.

Mengutip Parents, istilah ini dipopulerkan artikel “Operation Varsity Blues” dalam The New York Times, yang merujuk pada skandal penerimaan mahasiswa baru pada 2019.

Fandy Hutari Reporter
Fandy Hutari Editor

Tag Terkait

Berita Terkait