Merkuri yang menghasilkan emisi menjadi penyebab efek rumah kaca dan perubahan iklim yang signifikan.
Sektor Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) di seluruh dunia merupakan sumber terbesar pelepasan merkuri ke lingkungan yang mencapai 35% dari total emisi merkuri.
Penggunaan merkuri di PESK berdampak pada lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pasalnya merkuri tersebut berpotensi masuk ke dalam tubuh melalui udara, makanan, dan kontak langsung dapat menyebabkan berbagai penyakit. Selain itu, merkuri juga bisa terlepas ke lingkungan melalui air, udara, dan tanah menyebabkan pencemaran merkuri yang bersifat persisten.
Founder Medicuss Foundation Josseph F William memperkirakan, pasar merkuri secara global di Indonesia sangat tinggi dan tampaknya hal itu merupakan perdagangan ilegal.
Selain itu, merkuri yang menghasilkan emisi menjadi penyebab efek rumah kaca dan perubahan iklim yang signifikan. Emisi juga bisa dalam bentuk apapun. Merkuri yang berubah jadi merkuri organik bisa menempel dan menjadi rantai makanan. Merkuri yang menumpuk di tubuh manusia bisa bersifat kronis. Dampak lainnya, merkuri bisa terdapat dalam air susu ibu, dan berpotensi menurunkanan intelektual anak, ibu hamil, dan lain-lain.
"Metabolisme merkuri yang keluar dari tubuh bisa sampai 120 hari. Pada ibu hamil, peningkatan lemak menyebabkan paruh waktu metabolisme menjadi berbeda. Cara yang bisa kita lakukan dalam pencegahan kecacatan pada anak, di antaranya menciptakan lingkungan yang bersih dan chelation therapy," papar dia dalam webinar, Rabu (23/6).